05
Jan
10

Ibunda (1)

* 17 12 2009 *
Banyak cerita terungkap tentang Ibunda ditulis oleh para-anak. Kisah kali ini, bermuasal dari seorang Ibu. Semoga ada manfaatnya.

Kehadiranku kerumahnya atas undangannya, dia memintaku menuliskan kisahnya. Perempuan yang kini ada dihadapanku, terlihat pucat. Ada semburat kesedihan pada wajahnya. Kami duduk diteras paviliun rumahnya yang cukup besar bagi seorang wanita yang hidup sendiri, sambil berbincang.
Mulanya sulit baginya bertutur. Sesekali terlihat matanya berkaca-kaca, suaranya berubah serak, kemudian berangsur lirih nyaris tak terdengar. Dan tatkala mengungkap kehadiran anggota keluarga baru, bola-mata-nya-pun berbinar.

Tulisan ini sempat tersimpan lama dalam catatan elektronikku, sama seperti beberapa kisah senada. Kebimbangan yang sama menyeruak, apaTah kisahnya ‘layak’ dipublikasikan. Alasan kali ini demi menjaga perasaan anaknya. Tapi semalam, dia meng-iyakan tuk di terbitkan.
Berikut kisahnya …

Aku dikaruniai anak lelaki. Kami bagai satu jiwa, saling mengasihi. Saling menghormati, dalam arti jauh dari mendikte.
Ketika anakku melanjutkan sekolah di-lain-kota, ku nyaris rutin menjenguk.
Berangkat dari rumah seusai subuh. Kendarai mobil sendiri di pagi buta, dengan bermacam keperluan putraku, memenuhi tempat duduk dan bagasi. Dari masakan matang yang masih hangat, hingga pakaian bersih. Semuanya kupersiapkan sendiri.
Setiba di kamar kostnya, ku segera berbenah. Bersihkan seluruh isi kamar, sambil kumpulkan perangkatnya dari baju hingga sepatu kotor yang telah menumpuk sekian lama. Kulkas akan terlihat jauh lebih bersih. Seprei ‘baru’, kamar dan isi almari tertata rapih.
Seringkali kami bertemu satu jam saja. Itupun lebih dari cukup. Ku maklumi kesibukkannya. Biasanya seusai tugas, ku berkemas pulang. Berulang-kali bergegas pulang dalam kondisi sakit agar tak ‘kemalaman’ di jalan. Yang diketahui putraku hanyalah sebatas: ibunya sering sakit kepala tapi tidak mau diberi obat.

Perjalanan di pagi hari, nyaris tanpa hambatan. Tapi perjalanan kembali ke kota ku di-selama kurun waktu tersebut, penuh dengan cerita. Berpacu dengan waktu, lincah larikan mobil dengan kecepatan tertentu dalam kondisi apapun.
Demi menunjang keselamatan, kurawat mobilku dengan baik. Utamakan service rutin agar aman selama perjalanan di kesendirian ku, terutama keluar kota. Urusan cuci mencuci kulakukan sendiri.

Nyaris disetiap perjalanan jauh, sakit kepalaku kambuh. Betapapun sangat menjaga asupan makanan alami.
Migrain dan penyempitan pembuluh darah, demikian diagnosa dokter dimasa pengobatan terakhirku bertahun silam. Setelah hidup sendiri dan memutuskan sekolahkan putraku seperti yang diinginnya, kutanamkan dalam diri ‘memohon kesembuhan hanya kepada Allah’.

Tatkala hujan deras, jalanan berubah licin, berkabut tebal, jarak pandang mata menjadi sangat pendek. Dengan suasana malam mencekam, sepi lengang dikelilingi hutan, kondisi jalan mendaki … sementara sakit di kepala menjadi-jadi … tubuh menggigil kedinginan, peluh sebesar biji jagung deras membasahi pakaian yang kukenakan. Mata perih, silau menusuk manakala beradu pandang dengan sinar lampu mobil dari arah berlawanan. Meski kenakan kacamata hitam pekat, meski hanya sisakan sedikit sudut pandang agar tetap terlihat jalan yang sedang kulalui, tetap saja sinar lampu redup mampu menusuk bola mata yang refleks ku-sipit-kan. Hingga berair bercampur dengan airmata yang mengalir deras menahan rasa sakit. Perut bergolak mual serasa hendak tumpahkan semua isi, tapi berusaha bertahan agar tak berhenti selama dalam perjalanan. Tidak aman berhenti dijalan sepi dimalam gulita sendirian. Kepala sakit tak tertahankan, bergerak sedikit, makin menambah rasa sakit, dan perutpun bergolak makin kuat. Tubuh ini seperti melayang serasa hendak jatuh pingsan menahan semua rasa. Ya Tuhan, ingin ku segera berbaring. Lelah …
Ada kalanya menjerit, menangis sepuas hati yang tak mungkin kulakukan di rumah. Di jalan sepi ditengah hujan deras, diantara hutan disepanjang jalan, hanya Allah yang mendengar semua luapan hati.
Sambil mendengarkan musik selama diperjalanan, bernyanyi dengan suara lepas. mmm, suara itu masih terdengar merdu dari seorang ‘penyanyi-semusim’ dimasa muda. Bergantian dengan curhatku ke Allah, tak henti berzikir, membaca doa. Dan rasa sakit itu seolah energi kebersamaan … Kumerasa sangat dekat seakan Allah melindungi perjalananku, selamat sampai di tujuan dalam waktu relatif singkat …
Kejadian ini teralami berulang kali. Aku bahkan sering tak habis mengerti, betapa semuanya telah terjalani karena ALLAH disebalik makna kasih sayang seorang Ibu.

Bersambung …


37 Responses to “Ibunda (1)”


  1. 1 MR'2022
    23 March 2022 at 23:17

    Kisah ini telah berulang disimak dalam diam.
    Waktu berlalu cepat.. sejak kisah bermula.
    Takdir telah tertoreh jauh sebelum usia terjalani.

  2. 7 January 2010 at 17:31

    @ حَنِيفًا
    Haniifa,
    ‘makasih ya. Salam hangat juga buat keluarga.

  3. 7 January 2010 at 17:29

    @ jalandakwahbersama
    Wa’alaikum salam.
    amin … sama2 ya. Salam.

  4. 5 January 2010 at 15:16

    Assalamu’alaikum,
    Walau agak terlambat, saya ingin mengucapkan, selamat Tahun Baru, semoga ditahun ini, semakin bertambah ketakwaan kita kepada Allah Swt, dan semoga kita bisa lebih sukses dari tahun sebelumnya. (Dewi Yana)

  5. 3 January 2010 at 19:18

    akhirnya bisa mampir jg disini, seetelah sekian lama gak bergelut dgn dunia maya.

    Met tahun baru ya… smga taon ini lebih baik dr taon kmrn.. D

  6. 27 December 2009 at 00:04

    halo mau ajakin tukeran link…link u dah gw pasang di http://1video-sulap.blogspot.com pasang link gw juga ya

    link : http://1video-sulap.blogspot.com
    nama : video sulap

    • 7 January 2010 at 17:25

      @ video sulap
      ocreee. Salam kenal yaH.
      Trim’s silahturahmi-nya
      pake H ga’ ya setelah sila
      … lupa … lupa … lupa … lupa apanya? 😀

  7. 24 December 2009 at 16:42

    yuk semangat,kawan
    salam hangat selalu

  8. 11 bri
    23 December 2009 at 16:31

    salam sore k dinda^^
    pa kabarnya eaaaa 🙂 🙂 🙂
    met hari ibuu semoga sehat selalu

  9. 23 December 2009 at 10:30

    @ hanifa
    maaf terpaksa kugunakan namanya.
    abiz susah copy pastenya kalau masuk dari pintu depan.
    nah loh pasti binun.

    sama sy juga binun. Terimakasih. Salamku.

  10. 23 December 2009 at 07:39

    Selamat hari ibu. Salam hangat dari kota Samarinda.

  11. 22 December 2009 at 12:01

    @Neng Dinda17 yang cantiq
    Jangan perhatiken tulisan ping baliknya,… yah… duh, gara-gara @kang Kopral Cepot sayah jadi khawatir @neng Dinda sayah persepsi.

    Tujuannya sayah sebenarnya, supaya beliau-beliau membaca artikel ini.

    Salam sayang selalu, dan bila tidak berkenan soal diatas, biarlah nanti saya edit ulang.

    #Haniifa.

    • 23 December 2009 at 10:08

      @ حَنِيفًا
      halluuuu …
      namaku dinda27 bukan sweet seventeen, hayooo 😀

      tulisan apa tuh? artikel yang mana tuh?
      sy kok lupa ya? duuuh sorry beberapa hari ini capai banget, tugas sedang sangat banyak
      jadi maaf ga’ inget lagi.
      semuanya baik2 aja kok. ‘makasih ya. Salam.

    • 23 December 2009 at 10:16

      Masudnya @Mba-e Dinda itu setara dengan sweet seventeen, bejitu lho. 😀

  12. 21 December 2009 at 06:37

    Subhanallah,
    Kisah menarik diawal tahun baru 1431h, ini

    Salam hangat selalu,

    #Haniifa.

  13. 21 December 2009 at 03:50

    Salam Takzim
    Selamat pagi sahabat, maap seperti biasa mencari tetesan ilmu yang bermanfaat untuk pengabdian sebagai kholifah dibumi, mencari ilmu disamudra terluas di Alam maya, sungguh sangat mahal harganya
    Salam Takzim Batavusqu

  14. 18 December 2009 at 21:13

    Seorang ibu yang tegar. Biar sakit kepala, ia tetap bisa bernyanyi lepas.
    Salut.

    • 21 December 2009 at 10:48

      @ Ayahnya Ranggasetya
      Sebenarnya kisah diatas …
      selama di perjalanan, berbicara dengan Allah nyaris tak henti.
      Terlebih ketika sakit kepala.
      Bernyanyi dan dengarkan musik akan berhenti saat sakit kepala tak tertahankan.
      Berbicara dengan Allah, berzikir, bertasbih ‘dapat’ dilakukan bersamaan saat bernyanyi.
      Terima kasih banyak ya. Salut juga untuk blog anda. Salam.

  15. 18 December 2009 at 09:26

    Wah kasihan ibu itu…apa sakit kepalanya sudah sembuh sekarang?
    salam kenal

  16. 18 December 2009 at 01:37

    blue menyukai postinganmu,kawan
    salam hangat selalu

  17. 17 December 2009 at 13:24

    @ purwatiwidiastuti
    Terima kasih. Salam kenal.

    @ zipoer
    Sama-sama. Terimakasih ya. Salam.

  18. 17 December 2009 at 10:58

    Salam Takzim
    Mohon izin dan mohon maap,
    Selamat tahun baru 1431H
    Semoga banyak pahala yang disimpan
    Salam Takzim Batavusqu

    • 17 December 2009 at 17:55

      @ zipoer7
      Selamat Tahun baru Hijriah …
      (juga) bagi yang merayakannya.
      Semoga di tahun yang baru ini menjadi lebih baik
      serta senantiasa dalam lindungNYA.

    • 36 MR'2022
      24 March 2022 at 00:15

      Assalamualaikum.
      Berbilang-tahun seusai ter-di-kunjungi-i mb.Purwati ..
      penutur pelaku.ummi tertuntun melangkah ke rumah-maya mb.P..
      simak dalam diam ..
      ”’ Terimakasih telah beramal-ilmu.
      Semoga kelak bertemu .. saling berbagi-kisah ”’
      Salam 👵🏻MR’2022.


Leave a comment


Thanks to: Wordpress

by-dinda27
Wordpress
Add to Technorati Favorites
dinda'kk2009.
January 2010
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 8 other subscribers

Categories

Archives

Blog Stats

  • 40,119 hits
free counters 140209
PageRank Checking Icon 110609

Top Clicks

  • None