STICKY
* Terkadang kita perlu ‘sedikit’ berempati pada seseorang yang sedang dirundung ‘kesusahan’. Karena sesungguhnya mereka sedang membutuhkan dukungan moril.
* Adakalanya kita tak cukup mampu menjadi bijak terhadap diri sendiri, tatkala kehidupan sedang dilanda prahara.
Adakalanya masalah yang terlihat sepele yang teralami, tak mampu terpecahkan …
Kedatanganku ke rumahnya tuk mengambil kue yang kupesan melalui telphon. Kebetulan pemilik rumah tsb. adalah kawanku …
Perempuan sederhana dengan dandanan ‘kucal’ dihadapanku yang sedang sibuk memasak tsb memiliki banyak pelanggan.
Ku terhenyak saat pertama kali tertatap matanya … “Perempuan ini sedang dalam masalah besar, dia punya PIL”.
Bila ini pikiran yang terolah, betapa rendahnya aku, hingga memberi penilaian seburuk itu. Bagaimana mungkin meracuni pikiran, sementara ku tahu siapa dia.
Seorang ibu yang gigih berjuang mengangkat status ekonomi keluarganya. Perempuan sangat sederhana, tak pandai berdandan, jauh dari kesan ‘nakal’.
Ntahlah, yang jelas setelah bertahun tak bertemu, mengapa tiba-tiba hadir ‘siratan’ tsb.
Menilik penampilannya, kesan yang ada sungguh bertolak belakang dengan ‘siratan’ yang muncul.
(Nyaris di 2/3 usiaku, selalu) … tak habis mengerti (karena kejadian seperti ini sangat kerap menyeruak tanpa permisi), sementara saat itu konsentrasiku hanya pada pesanan, tanpa pikiran selainnya.
‘Siratan’ itu kutepis, segera melupakannya.
Berbulan kemudian, mereka sekeluarga menghilang dan tetangga pun tak mengetahui keberadaannya.
Dua tahun berlalu, ditengah teriknya mentari, dalam keadaan letih saat mobil telah terparkir didepan rumah, ntah mengapa hati tertuntun lajukan mobil ke satu tempat.
Ditikungan jalan, terlihat suami temanku. Bergidik terkejut, ku bersegera hampiri dan menanyakan khabar istrinya.
“Baik-baik saja“, ucapnya letih.
Ntah mengapa kali ini tindakanku berlebihan diluar kebiasaan …
“saya merasa ibu dalam kondisi sakit, coba bapak cerita“.
Lelaki itu enggan bicara. Aku-pun bingung dengan kegigihanku:
“Gini aja pak, ini nomor telphon saya. Bila ibu pulang nanti, tolong sampaikan agar hubungi saya“.
Tak kusangka, lelaki itu memintaku masuk serta memanggil anaknya.
Mereka bercerita, benar ibunya sedang sakit dibuat oleh seseorang.
Aku dibingungkan oleh kalimatku sendiri, diluar nalarku:
“Ibu tidak dibuat oleh siapapun. Gini aja, tolong ibu dibawa ke rumah saya“.
Setelah itu ku pamit pulang dengan pikiran tak menentu. Hey, apa yang baru kulakukan, mengapa seolah bukan aku?
Berbulan terlampoi, hingga disatu-malam, jam menunjuk angka 21.
Terdengar ketukan dari pagar. Tampak lelaki itu berdiri disana.
Sebenarnya, sudah bertahun aku tidak terima tamu di waktu malam, terlebih lelaki.
“Bapak dengan siapa?”, tanyaku.
“Itu dengan ibu dimobil“, jawabnya sambil menunjuk kearah mobil yang diparkir tersembunyi dibalik pohon besar.
Kuberanikan diri keluar, setelah yakin ada bayang perempuan didalam mobil yang terlihat cukup gelap.
Kubuka pintu pagar … seorang perempuan muncul dengan mata nanar.
Lagi-lagi aku dibingungkan ucapanku yang memaksa lelaki itu meninggalkan kami, agar isterinya mampu bicara lepas denganku.
Jujur, terkejut dengan ‘penawaran’ku. Sesungguhnya aku takut. Temanku terkesan ‘liar’, terutama pada matanya. Seolah membenarkan pengakuan mereka, karena dianggap tidak sehat, ibunya dikucilkan sekian lama.
Aku sempat gelisah dan pasrah, tatkala lelaki itu benar-benar meninggalkan istrinya berdua denganku. “Ya Allah lindungi aku, tolonglah agar dapat membantu temanku yang sedang sakit”.
Awalnya sulit menggiringnya bertutur. Akupun tak habis mengerti telah menjadi seorang yang sok bisa menyelami kondisinya … hingga akhirnya dia mau bicara.
Tubuhku bergidik kala mendengar penjelasan sekilasnya. Meski dia tak berterus terang, dan tampaknya tak menyadari apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri, dan akupun harus menuntunnya berulang dengan halus …
Ternyata siratan yang pernah hadir … benar adanya.
Pembicaraan dari hati ke hati tak terasa telah sampai di titik pemecahan masalah. Alhamdulillah terusaikan.
Menjelang jam 24, temanku menelphon suaminya minta dijemput pulang. Lega rasanya.
Tak ‘da cerita apapun dari ku pada suaminya juga pada anaknya hingga kini. Semuanya tersimpan rapat dihati.
Beberapa bulan berselang, tanpa sengaja melewati rumahnya … rupanya mereka kini telah hidup normal. Temanku telah bergiat seperti semula. Wajahnya tampak lebih sumringah tinimbang saat sehat bertahun lalu. Rumah tangga mereka baik-baik saja.
“Saya sudah sehat sekarang, terima kasih banyak ya …“, ujar-nya dengan rasa syukur.
* Kisah diatas adalah riil … seperti yang dituturkan seseorang pada penulis.
* Terkadang kita perlu ‘sedikit’ berempati pada seseorang yang sedang dirundung ‘kesusahan’. Karena sesungguhnya mereka sedang membutuhkan dukungan moril.
Menghindari kesan menggurui, mencela … dengarkan dan selami saja, tempatkan seolah kita berada pada posisi mereka, meski kita tidak seperti mereka. Hindari kalimat arogan semisal … HARUS (bertobat, sholat, berdoa blahblahblah)… terlebih bila sampai merendahkan keimananMenggunakan kalimat yang jauh lebih halus bila hendak menyentuh keimanannya. <akh sok tau aku>
* Adakalanya kita tak cukup mampu menjadi bijak terhadap diri sendiri, tatkala kehidupan sedang dilanda prahara. Adakalanya masalah yang terlihat sepele yang teralami, tak mampu terpecahkan.
Sama halnya mengapa seorang dokter kandungan memiliki keterbatasan mengobati istrinya sendiri yang belum dikaruniai anak, mengapa seorang pendidik merasa gagal menjadi pendidik yang baik bagi keluarganya, atau bahkan seorang penasihat sekalipun ternyata tak serta-merta menyelami keluarganya sendiri yang sedang bermasalah, dst.nya.
Karena kita memiliki KETERBATASAN. Adakalanya KELEBIHAN atau BERKAH yang DIKARUNIAKAN ALLAH tuk hambaNYA – TERNYATA BUKAN ditujukan tuk DIRI hamba itu SENDIRI melainkan guna MENOLONG orang lain…
empati itu memang sangat perlu kita sebagai manusia yang bersosialisasi
Terima-kasih atas kunjungan teman-teman.
Terima-kasih juga telah berjejak di kolom ini.
Mohon maaf sy belum mampu berkunjung balasan.
Semoga masih ada kesempatan untuk tetap ‘stay’ di dunia maya ini.
Bila kesempatan itu semakin tak terbentuk, kiranya kehadiran teman2 dan
goresan berjejak yg ditorehkan pada blog dinda27 akan mampu menyeimbangkan
kesinambungan kebersamaan.
Kita boleh berencana, Allah jua yg menentukan.
Mohon maaf atas keterbatasan sy. Salam hangat buat semuanya.
nisa juga akan belajar empati ! ü-ü
cerita yg bagus mbak 😀
Begitulah keterbatasan manusia.
Orang boleh jadi dokter, tapi bukan berarti dokter nggak bisa sakit.
Orang boleh jadi profesor, tapi bukan berarti dia tidak boleh bertanya.
Alhamdulillah, kalau ternyata masalahnya telah terselesaikan dan hidup baik…
@ adelays
yg tanpa batas … kepunyaan Allah semata.
Batasan tuk hamba2NYA, agar diri ga’ bablas.
Iya De, alhamdulillah ibu tsb kini telah hidup normal kembali,
dan berkumpul bersama suami dan anak2nya.
Makasih ya De.
I can speak for a long time about the chronicle of research papers writing, but I would recognize that the writing services could perform the greatest essay writing at all time. Is this correct?
wah, punya indera ke 6 ya?
@ fanny .
kutanya balik akh: wah, punya indra ke7 ya?
😀 Salam kenal.
sikap empati memang lebih bisa menyentuh, daripada sekedar bersimpati hanya untuk berbasa-basi…salam kenal 🙂
@ aulawi
🙂 Terimakasih kunjungannya. Salam kenal kembali.
Salam Takzim
Mohon izin menyampaikan undangan acara di humberqu via batavusqu ya
Salam Takzim Batavusqu
@zipoer7
Terimakasih undangannya.
Alhamdulillah dalam 2hari ini tidak alami hambatan yg berarti sehingga mampu berpartisipasi ramaikan undangan sebagai sinambung silahturahmi sy yg sering terputus.
Semoga berkenan. Salam takzim kembali.
Selamat pagi sahabatku. Semoga anda sehat-walafiat dan menikmati hari istimewa ini.
Saya datang untuk silaturahmi sambil membawa pesan.
Apakah sahabat dapat menemukan nama yang bagus, gagah dan keren untuk blog saya.
Jika dapat silahkan diajukan melalui kolom komentar di :
http://abdulcholik.com/2010/01/24/blogcamp-ganti-nama/
Ada sedikit tali asih menarik jika nama yang sahabat sarankan terpilih.
Terima kasih, selamat beraktivitas.
Salam hangat dari Surabaya.
@ Pakde Cholik
Selamat pagi Pakde
InsyaAllah. Kiranya demikian juga dengan Pakde se-keluarga, senantiasa dalam lindungNYA.
Pakde` sy mohon maaf atas respon yg terlambat ini.
Mohon maaf, dg segala hormat, sy belum mampu berpartisipasi.
Mohon maaf atas keterbatasan sy.
Sukses ya Pakde.
Salam hangat juga.
ikut berempati… (he..he.. nyambung gak yah..???) 🙂
@ kenuzi50
terimakasih … (hehe lebih ga‘ nyambung yah?)
bener banget, sangat susah menjadi seorang pendengar yang baik
mari mencoba, kata siapa kita tidka bisa 🙂
@ Ria
yuuuk mareee …
menjadi sangat mudah bila tak terbelenggu keterikatan emosional negatif
sehingga mampu berpikir jernih dan berada dipihak netral.
menjadi sangat mudah bila mampu posisikan diri seolah berada dalam kondisi tsb.
‘makasih ya Ria. Salamku.
Salam Takzim
Selamat sore menjelang malam, semoga aktivitas yang telah dilakukan hari ini menjadi cerita segar hari berikutnya.
Salam Takzim Batavusqu
@ zipoer7
amin. Semoga demikian juga dengan semua teman2.
Selamat pagi … salam takzim juga.
Empati memang jurus terjitu kayaknya. hehehe 😛
@ ImUmPH
yup … kini seolah langka …
salam kenal yakh.
holaaa morning 🙂 met pagii ka dinda 🙂 🙂
seruu sekali kisahnya ka….
kesimpulanyaaa emphati…smile 🙂
@bri
helaaaa, malem Bri
kesimpulannya … empati
singkatan dr emOHpaTAHAti. ga’ nyambung ya 😀
aaaaa ka dinda….mana ada seeh yang mau broken heart :oops
@atasku
ya, mereka bersahabat dekat (empati=menyelami, simpati=mengagumi)
kisah yg menginspirasi.
@ Ayahnya Ranggasetya
suteralah … yg jelas empati itu bisa melalui (kartu) simpati-an
tapi kartu) simpati ga bisa empati-an 🙄
empati tu temennya simpati ya…he..he…he 😀
@ irawan
bedanya … empati ga pake du-it. kalo simpati musti pake du-it.
empati modalnya feeling. simpati kudu pake modal, supaDOS punya arti.
🙂
dah lama ga mampir ..
apa kbr mb dinda ?
🙂
waaahh
pengalamannya hebat ..
tapi sekarang kebanyakkan orang gapeduli ma oranglain yg lagi susah
apatis ..
keep empati, hehe
@ phii♥김현중
Khabar ku insyaAllah baik. Semoga baik juga ya.
Yup … bahkan ke-tak perdulian mampu merasuk dalam keluarga sekalipun
Salamku.
bermpati turut meringankan beban, bahkan kadang bagian dari solusi
@ sunarnosahlan
benar Mas. Salamku.
subahanallah … jadi kebayang saya orang ketiga yang melihat itu semua …
hanya orang – orang tertentu yang bisa dengan Tepat menempatkan dirinya disetiap kondisi …
bukan lantas memaksakan orang lain yang menyesuaikan …
kunjungan balik, sekalian numpang baca … 😀
@ dindaagustriyana
Terimakasih ya sudah berkunjung lagi.
salam super,,
sungguh luar biasa,, semua begitu lugas dan natural..
Ingat.. Allah bersama orang orang yang sabar…
@ andry sianipar
Mungkin karena kisah nyata …
Ya … Allah bersama kita semua.
Salam super juga tuk (blognya) Andry Sianipar
Mungkin rasa empati kini menjadi salah satu hal termahal di dunia. Kita sungguh-sungguh sulit untuk menemukannya, maksudnya untuk menemukan secara alami.
@ Cahya
Pagi Cahya …
Terima kasih ya kunjungannya. Terhibur lho hati ini.
* yah tampaknya demikian.
tapi kisah diatas adalah salah satu bukti nyata, bahwa kisah ini ada
dan alhamdulillah penulis telah bersentuhan secara langsung.
Masih ada beberapa kisah serupa dengan kejadian berbeda
… insyaAllah bila masih diberikan kesempatan olehNYA, akan di ungkap di blog dinda27.
Salamku.
MENJADI PENENGAH ??
Bertahun lalu aku berkunjung kerumah kerabat.
Aku (dan ‘alm’ suamiku) terhenyak mendengar suara keras pertengkaran suami isteri (dari balik dinding kamar).
Suaminya adalah seorang yang terpandang dan berperilaku ‘bebas’, sementara isterinya adalah seorang perempuan cantik (lahir dan bathin). Mereka masih ada hubungan kekerabatan (dengan alm. suamiku). Usia mereka pun nyaris 2x usiaku.
Kami tidak jadi bertamu dan memutuskan pulang, atas desakanku.
Berselang hari, kami ditegur oleh mereka … justru dari pihak lelaki.
“Kalian tidak boleh begitu, seharusnya kalian masuk ke rumah,” kata kerabat lelaki.
“Maaf, saya merasa tidak enak dan tidak berhak mencampuri urusan rumah-tangga orang lain,” jelasku memberi alasan.
“Kalian salah, justru kehadiran kalian mungkin dapat menjadi penengah kami” …
Penjelasan kerabat lelaki yang terkenal ‘arogan ini jujur mengejutkanku.
PASRAH …
Ada suatu ‘masa’ kita membutuhkan ‘uluran tangan’ seseorang yang layak (tidak harus ‘berilmu’ tinggi)
tatkala emosi kita sedang bermasalah. Emosi atau ntah apalah istilah tepatnya, bila sedang tak mampu berdamai dengan diri sendiri … menjadi lebih sulit teratasi dari masalah itu sendiri.
karena seolah sedang berhadapan dengan diri sendiri.
Ketika belum mampu berdamai dengan diri sendiri, keberadaan seseorang yang berempati sangatlah diharapkan sebagai penolongnya.
Bila telah sangat melampoi batas ketak mampuan melepaskan diri dari masalah, … ada di suatu titik tak lagi mampu berbuat apapun dan … kepasrahan diri secara total kepada Sang Maha Pemilik … akan menuntun diri menjadi berhenti mencari orang lain, berhenti melawan masalah yg sedang dihadapi … Apakah ini yang dinamakan pasrah, karena telah menyadari keterbatasan diri … ?? … atau boleh jadi apatis … ??
berempati dgn sesama sangat baik sekali mbak…
tidak pun kita dapat banyak membantu
menjadi pendengar terbaik juga sudah cukup meringankan bebannya
setiap manusia pasti memiliki keterbatasan
sehingga kita juga memerlukan orang lain
untuk saling bantu dan berbagi
nice post…. 🙂
@ kejujurancinta
benar sekali …
senang dikunjungi, sudah lama ya ga’ terdengar derap langkah BW-nya.
‘makasih ya mbak. Salam ku