Posts Tagged ‘‘Teror’

07
May
09

‘Teror’

Masih terbaring lemah ketika itu.
Nyaris sebulan sakit demam berdarah. Bagaimana mungkin dapat bertahan? Sementara tak seorangpun di rumah, tak seorang pun tahu. Itulah sisi buruk-ku. Tak ingin sulitkan siapapun, urusan sakit sekali-pun. find more
Bagaimana dengan asupan makanan? (**) Nyaris tidak ada. Bangun saja sulit karena lemahnya tubuh-ku. Pernah gunakan temperatur, sekilas terlihat strip di angka 41. Beberapa kali saat terbangun dibingungkan dengan tanggal. Tampaknya pingsan berhari-hari. Ini kisah nyata … tapi bukan itu yang hendak ku-ungkap.

Tiba-tiba terdengar dering telphon. Suara perempuan menanyakan tentangku. Ku jawab benar, itu namaku. Ketika kutanyakan siapa yang sedang bicara … seketika suaranya berubah menjadi kasar. Menuduhku merebut suami-nya. Huh?! Satu nama terdengar asing olehku, disebutnya ketika kutanyakan siapa nama suaminya. “Ibu salah alamat“, ujar-ku.
Sungguh dibuatnya heran, betapa dia mengetahui tentangku. Semuanya benar.
Dengan suaranya yang nyaris berteriak: “Gimana kamu gak kenal, kamu baru pergi dengan suami ku. Kemarin dan kemarin-nya!”. Dalam hatiku, bagaimana mungkin keluar rumah, selama ini tergeletak lemah di tempat tidur? * May 07, 2009

* May 08, 2009
Sejak saat itu telphon-nya bertubi bahkan di tengah malam buta; tidak kuangkat! Tak terduga ku tergiring pada nama seseorang, dan saat me-madu-kan nomor telphon yang terdeteksi … Ya Allah! Segera kuhubungi X, sayangnya dia menghindar. Kucoba sms dan telphon untuk klarifikasi. Apa yang terjadi sungguh membuatku shock. Perempuan itu telphon gunakan nomor lain, memaki dengan kalimat tak senonoh dan sangat kasar. Kucoba bicara baik-baik, tapi aku tidak diberi kesempatan sedikitpun. Wah, bisa pingsan kalau tanggapi perempuan beringas satu ini. Ada sejumlah sms dengan kalimat sangat tidak layak diungkap, dikirimnya. Dering telphon-pun makin menjadi. Tak satupun kutanggapi. Aku terhina, menangis dan tak mampu berbuat apa-apa.

Siapa-kah suami perempuan itu … ?
X adalah seorang ‘public figure’ yang ‘dikagumi’ dan ‘dikenal’, hingga kini. Termasuk aku (kala remaja). Suatu hari kami bertemu tanpa sengaja, sebagai kawan baru setelah berbilang tahun terlampaui. Kami-pun berteman. Dia kuanggap sebagai kakak, tempatku curhat, berdiskusi apa saja. Type kebapakan dan nyaman bicara dengannya. Singkat kata, yang terjadi, dia menyayangiku seperti yang diungkapnya berulang kali. Dikemudiannya … berkebalikan, dia yang sering curhat dan minta pendapat. Suatu saat diakuinya tagihan telphon-nya melonjak nyaris 2jiti dalam sebulan, saat ku-ingatkan untuk tidak sering menghubungiku. Tidak ada kalimat seronok dalam perbincangan kami. Aku menjaga ‘batas’. Sekian tahun kami berteman, dia hanya ku izinkan ke rumah sebanyak 3x saja. Berulang kali X telphon dan khabarkan berada di kota ku, meminta izin tuk bertemu. Ada saja alasannya. Tak kuhiraukan. Diungkapnya betapa dia mengagumiku, beberapa sms bijak-ku dan suara-ku yang katanya merdu, tetap disimpannya di hp. Ada tiga kali kesempatan X meminta-ku secara baik-baik tuk jadi istrinya, setelah isterinya berpulang. Tahun pertama, berikut, dan setahun kemudian sebelum dia dijodohkan oleh keluarganya. Selama berteman, adalah pertemanan yang murni dan bersih dari apapun, bagi-ku!
Setelah penolakan ke tiga kali, tak lagi kudengar beritanya, hingga setahun kemudian kudengar dia sudah dinikahkan oleh keluarganya. Sempat diungkapnya, dia masih menyayangiku, menyimpan sms bijak-ku dan suaraku di hp nya. Itu kontak terakhir-kami. Setelah itu tak ada lagi cerita, bagiku ada ‘batasan’ pada lelaki beristri.
Hingga 2 tahun (kurang beberapa bulan) kemudian, perempuan yang mengaku sebagai suami X dengan nama yang tidak kukenal, membuat heboh hari-hari-ku… seperti yang baru ku tuturkan diatas.

Tatkala putra-ku pulang berlibur segera kuceritakan apa yang teralami. Semula berniat kerumah X tuk jelaskan duduk masalahnya, sekaligus ingin menegur lelaki yang bernyali kecut tsb. Tapi tak diizinkan, mengingat perangai lemah-ku dan mudah-nya jatuh sakit bila emosi teraduk. Tuk apa me’ladeni’ perempuan beringas yang jauh dari sopan santun tsb, demikian putra-ku mencoba menenangkan. Serahkan saja pada Allah. Lelaki itu-pun sudah mendapatkan perempuan yang ‘layak’ tuk kehidupannya.

Note:
* Ku-berharap: Allah ‘menuntun’ X tuk membaca tulisan ini.
(**) Berikut ini sedikit penjelasan tentang sakit dan asupan makanan.
Kondisi seperti ini ada beberapa kali teralami. Mungkin dipermudah karena pernah menjalankan puasa setiap hari sejak 1987 hingga 2005. Puasa tuk semangat hidup.
Suatu ketika, pernah selama 2minggu hanya minum air gula beberapa tetes. Aku tidak bisa menelan. Mencoba bertahan di rumah, hingga tak lagi mampu. Sebenarnya terserang sakit lebih dari 2minggu. Hingga ambulans didatangkan ke rumah oleh perusahaan tuk membawaku ke RS.
Pernah selama 10 hari, tidak makan minum apapun. Kukira sudah habis nafas-ku. Rupa-nya koma di hotel, setelah dianiaya suami (mantan). Dan petugas hotel tidak berani melaporkan, hingga adik menemukan ku sementara tidak ada yang tahu dimana keberadaan-ku
Kuasa Allah … penyelamat-ku

07
Sep
08

Salah alamat

Jam menunjuk angka 10.30 malam, saat terbangun oleh dering hp. Masih setengah nyawa – demikian kata beberapa teman yang pernah alami hal yang sama – kuangkat telphon dengan malas.

“Halo!” Suara garang seorang perempuan diseberang, membuatku terkesima
“Tadi siang telphon ke saya, ini dengan siapa ya?” suara-nya kasar.
Dengan lirih kujawab ramah: “Kenapa bu?”
Sedikit membentak, diulangnya kalimatnya: “Tadi siang no ini telphon ke saya, ini siapa?”

Masih terhenyak, bingung, sempat terlintas bahwa ibu ini seperti sedang menyelidik dan siap menyerang. Mungkin ingin menangkap basah – perempuan bersuara merdu manakah yang sedang dihadapinya sekarang ini – yang mengganggu suaminya, kaleeee !
Otakku sempat berpikir dan terlontar-lah jawaban se-kena-nya: “Oh maaf bu mungkin saya salah tekan nomor, karena gak terlihat sama saya”.
Masih juga perempuan ini bertanya dengan suara tinggi, tapi tetap kujawab dengan ramah. Kok ya kebetulan antara sadar dan tidak, pengaruh dari tidur yang dibangunkan itu membuatku jadi dungu, tepatnya sih bego.
Kutangkap nada ‘menyerah’ seolah me-maklumi alasanku, tiba-tiba suaranya melemah. Mungkin malu karena sempat garang dan salah alamat.
“Ooooh… ya sudah!” sambung-nya, mensiratkan kata maaf.
Masih dengan ter-bego-bego kukatakan: “Maaf ya bu”. Weleh maaf atas apa ya?!

Aku tersenyum lebar, ngakak dalam hati. Karena belum bisa ngakak ala perempuan yang bisa ngakak di-luar hati. Weleh, opo meneh iki.
Apa iya aku telphon tadi siang, tapi dengan siapa ya? Temanku memang lebih banyak lelalki sejak menjadi single kembali. Umumnya mereka sedang berusaha mendekati, pedekate – lah. Ada beberapa yang sudah beristri. Tapi ya namanya lelaki, ndak usahlah ku bicara ngalor ngidul… pasti sudah ngerti apa yang mau kubilang. (Punten MAZ-mas, sumpah aku ndak punya niat dimusui karena bicara kayak beginian. Aku pecaya MAZ-mas sekalian disini gak kayak gitu)
Sopo sih sing gelem jatuh kepelet sama suami orang? Aku juga ndak mau-lah.
Tapi ya itulah jenenge Manungso, ndak perempuan ndak wong lanang. Makin dijauhi, makin di kejar. Begitu diperingati, lha kok jadi nyakitin yaaaaa?!!

Tiba-tiba aku ngakak lagi dalam hati … olala tadi siang itu kan isi pulsa elektric. Kebetulan gak apal sama nomer yang ini, jadi ku misscall ke nomor si penjual pulsa. Dasar pikun!
Ngomong-ngomomg tentang dugaanku – yang mungkin aja bisa salah – itu lho kenapa si perempuan seolah sedang menyelidik … sebenErnya ada ceritanya yang bikin aku jadi parno abiZ. Tepatnya trauma, kali ya?! Cerita tentang ini kusambung lain waktu yaa… (disini)
* ditulis 18 08 2008 * Salam, dinda




Thanks to: Wordpress

by-dinda27
Wordpress
Add to Technorati Favorites
dinda'kk2009.
May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 8 other subscribers

Categories

Archives

Blog Stats

  • 40,130 hits
free counters 140209
PageRank Checking Icon 110609

Top Clicks

  • None