Archive for March 6th, 2009

06
Mar
09

Ini bukan Halusinasi (2)

dindakk2008-28

Penuturan ini melengkapi tulisan Ini bukan Halusinasi (1)
Kebetulan sejarah pendidikan pernah di-seputar dunia pendidikan. Ada-lah sedikiiit basic.
Penulis sadar bila paparkan perjalanan spiritual di ruang terbuka akan banyak gelengan. Ibarat masuk ke wilayah yang tidak tepat. Sementara pribadi yang mengalami kejadian, pada karakter tertentu, cenderung menutup diri karena tak mampu lakukan apapun. Dan pemilik diri tsb, satu berbanding sekian jumlah penduduk dunia. Tidak terbayang bila TERalami semua penduduk dunia dengan berbagai karakter. (Pengertian sederhana penulis dalam meng-guna-kan TER dan bukan DI, adalah: kejadian-nya bukan atas kehendak sendiri, bahkan tidak diinginkan!!). Ada segelintir orang berpendidikan tinggi dapat menerima keberadaannya, biasanya memiliki kerabat dengan kondisi X.

Keluarga tidak serta merta menerima keberadaan-nya. Akhirnya dapat ‘memahami’ setelah lalui proses panjang. Kebetulan penulis seorang pendiam. Bila sampai terjelaskan sesuatu, bukan berdasarkan cerita mendongeng, tapi lebih ke pembuktian! Penulis-pun baru menyadari keberadaan ini setelah lalui proses berliku yang nyaris habiskan usia terjalani. Bila penyimak simak lebih jauh dan berkesinambung, nantinya, di beberapa cerita di blog ini, akan ada gambaran. Tak berarti penulis akan proklamirkan diri sebagai seseorang yang XYZ. Karena sampai detik ini mencoba bersikap terlambat merespon, senantiasa lupakan apa yang teralami. Ibarat badan penulis dipukul, baru ada kata YA benar!

Kejadian yang ter-jalani ini bukan baru teralami, tapi sedari kecil.
Halusinasi – ilusi – dsb.nya adakah terjadi dalam durasi panjang ketika termunculkan atau sebaliknya?? Semisal berkedip, maka ‘object’ tersebut telah hilang. Kebetulan penulis tak pandai berimaginasi, bukan pula pemimpi. Berikut ini sekedar masuk-kan, bila dikaitkan dengan karya penulis … Lebih rinci silahkan kunjungi deviantart, disana tersirat dimensi yang berbeda, tak terjelaskan. Tanpa basic art, kecuali fashion. Setelah sakit mysterious selama 1tahun yang nyaris hilangkan nyawa (kembali), ketika sembuh, dikemudiannya punya hobby baru; art design.

Kembali ke topik semula. Penulis tidak gunakan media apapun untuk menimba informasi dunia luar, TV sekalipun, ibaratnya tak ada yang tertinggal dalam benak, tentang dunia luar yang sedang berjalan. Bagaimana mungkin tertampakkan anak kecil terjatuh dari ekskalator, seperti layaknya melihat peristiwa nyata di depan mata, dalam durasi lebih dari lima menit! Beberapa minggu kemudian berita-nya ada di metro TV, selama ini tampaknya selalu ber-kebetul-an, ketika kejadian terungkap di media masa, di waktu singkat tergerak hidupkan TV. Dari pakaian yang dikenakan terakhir kali, postur tubuh sang korban, rambut dan wajah sama persis.
* Ketika SD, berulang kali penulis mencubit lengan hingga berbekas untuk buktikan tidak sedang bermimpi … tampak sangat jelas dihadapannya 3beruang, jantan betina dan anaknya sedang bercanda dengan bahasa yang tidak di pahami, lebih dari 10menit. Dan kasur-pun basah oleh keringat, karena ketakutan.
* Penulis mengunjungi kakak yang sakit demam biasa, diagnosa dokter. Tiba-tiba ‘tercium’ aroma kematian sangat kuat. Berbulan kemudian di-diagnosa kanker prostat, sempat berobat ke Australia. Tapi … tak tertolong. (untuk menghindari ber-praduga, sekilas penjelasan tentang ini ada pada tulisan berjudul Resah di kolom comment dinda27 tgl 20-21March’09)
* Ketika sedang sholat tahajud, di samping kiri penulis ada kepala seorang tua jaman kerajaan menemani sholat malam (tahajud) lebih dari 10menit.
* dsb.nya. Sekedar tambahan, penulis sangat tidak suka melihat film horor atau sejenisnya. Bagaimana mungkin bisa menyimpan rekaman yang tidak ada. Bagaimana mungkin bencana alam atau musibah mampu terolah dalam pikiran, baca koranpun tidak. Sementara sejak peristiwa nyaris tewas, penulis acap kesulitan mencerna penjelasan yang terbaca dalam bahasa Indonesia sekalipun.

Mohon maaf tak bermaksud ria paparkan isi kepala (pinjam istilah-nya Pak Limpo) dalam ruang dan waktu yang tidak nyaman, bagi seorang penulis yang baru belajar menulis dan sedang perdalam iman ke-Islam-an. Dimana sesungguhnya tak lagi ingin tinggal berlama-lama didunia.
Penuturan di blog ini mengandung harapan .. Betapa gelisah panjang hinggap berpuluh tahun karena tak-paham yang teralami. Bicara salah, tidak pun sama saja. (Penulis baru mencoba mengungkap-nya di sini, di dunia maya). Selain berhadapan dengan rasa ketakutan karena bersentuhan dengan makhluk yang tak diingin kehadirannya ketika ‘dia’ hadir (TAK mampu hadirkan). Tak jarang coba atasi gelisah panjang saat tersirat orang yang disayangi akan pergi ‘jauh’, sementara ‘mereka’ dalam kondisi sangat bugar saat itu.
Senantiasa menepis kuat siratan demi siratan. Hingga hari H terjadi dan hentakkan kepongahan peng-abai-an-nya (demi meletakkan diri, lebih kecil dari butir pasir), di-selama kurun waktu tersimpannya siratan – di bawah alam sadar-nya. Sementara dunia awam demikian keras mendeskritkan, menyama-rata-kan X minoritas, yang memang tidak ber-teori, tapi sedang mengalami tersuguhkannya sesuatu diluar nalar, yang bukan atas maHu-nya. Dunia awam berdiri diatas ke-baku-an ber-teori, seperti yang dituturkan seseorang dalam komentarnya, sehingga penulis merasa perlu jelaskan hal ini. Menganggap diri lebih super ke-duduk-an-nya di mata Allah, atas dasar penilaian selayang pandangnya terhadap X yang ‘rendah’. Alangkah tersudutkan X-yang-lain yang kebetulan tak mampu bertutur, akhirnya merasa diri ‘terbuang’. Ini bukan masalah dunia Timur semata, atau apapun yang asal berkisah demi sensasi murahan. Di-belahan dunia manapun, X-minoritas ini ada meski dapat terhitung jari.  Dan memang tidak terekspose, karena X-Minoritas ini dituding sebagai tidak layak disandingkan dengan awam yang merasa diri lebih mulia. Sungguh X-Minoritas – atas nama diri sendiri, sangat tidak kehendaki yang teralami selama usianya. Karena sarat dengan cobaan!! Dan Allah Maha Kasih, betapa hikmah senantiasa dilimpahkan disetiap terusaikan cobaan demi cobaan.
Terima kasih sarannya untuk berserah diri kepada Allah. Memanagemen kesehatan jiwa.
Mungkin bagi orang awam yang merasa kesehatan jiwanya sempurna, merasa seolah tinggi harkat-nya di mata Allah; juga diharapkan mampu sedikit membuka hati bagi X minoritas yang di posisikan sebagai kurang mampu memanage kejiwaan, kurang berserah diri kepada Allah, kurang iman seperti yang sering didengungkan banyak pihak yang merasa diri lebih mengenal Allah. Atau lebih baik diam jauh-kan praduga sempit. Wewenang menilai keimanan manusia adalah hak mutlak Allah.
Salam hangat, dinda’kk

* Penulis tidak mampu menyembuhkan, tidak mampu hadirkan apapun, bukan pula peramal. Selain bermodalkan keyakinan bahwa Allah mendengar permohonan: doa-semangat-hidup atas kesungguhan hatinya. Penuturan ini bukan untuk eklpoitasi diri.

** March 08, 2009
berikut fenomena tuk kita resapkan bersama …
Seorang yang sedang belajar menata ke-iman-an spiritual-nya = X, sedang berusaha ber-teguh sepenuh hati, akan sangat sadar kekurangan diri. Ketika tak peroleh kasih sayang tulus dari se-sama dan telah ter-alam-i berbagai kisah mengharu biru nyaris selama usia … mampu membuatnya menjadi sangat bergantung kepada Allah. Diibaratkan anak kecil yang bergantung pada pengasuhnya karena ke-tak-ber-daya-an. Tak hendak melepas genggaman tangan ke Allah. Tak mustahil ke-ter-gantungan akan Allah akan sanggup melebihi seorang yang-beruntung-terlahir-sebagai-penganut agama(apapun)-yang-kadang-kala merasa diri jauh lebih tinggi pengetahuan spiritual-nya dibanding X. Mari jadikan diri kita ‘hakim‘ yang rendah hati. Karena ‘hakim‘ Yang tertinggi hanyalah Allah.
* disunting ulang 24 03 09*

06
Mar
09

Ini bukan Halusinasi (1)

dindakk2008-1011-s

Seseorang memberi masukkan pada tulisan berjudul: suara tangis dari balik dinding. (Mohon maaf, untuk sementara waktu, tulisan yang memuat kisah yang saya sukai ini belum dapat dimunculkan kembali). Berikut adalah respon saya …
** Terima kasih atas penjelasan yang sangat bermanfaat ini !!!
Sebenarnya penuturan di blog dinda27, antara lain ingin mengungkap perjalanan spiritual yang diharapkan bisa dijadikan masukkan bagi siapapun.
Awalnya sempat terkejut saat terbaca kata Halusinasi. ‘Nah loh kok bisa salah kapling ya?! Mungkin belum paham alur kisah ya?‘.
Kebetulan ada sedikiiiit aja basic ketika menamatkan sekolah pendidikan, kemudian berlanjut ke paedagogik. Sehingga sedikit paham tentang ke-jiwa-an. ga’ banyak sih, itupun sudah banyak lupanya. Kontras dengan dunia ilmu yang senantiasa berkembang mengikuti zaman.
Dalam keterbatasan pengetahuan, akan di-coba urai dengan menuturkan kejadian nyata yang saya alami. Dengan demikian dapat di-pertanggung-jawab-kan kebenarannya, karena saya me-yakini diri sendiri yg senantiasa berusaha berkata jujur.

Berbilang tahun lalu di saat tak mampu menahan tekanan tuntutan tanggung jawab melebihi batas kemampuan dari pihak mantan (suami) dan keluarganya, menjerumuskan saya pd satu titik tak berdaya atasi diri. Waktu itu (saja) ketakutan bila ditinggal sendiri. Akibatnya suami sering tidak bisa ke kantor. Di suatu hari tsb … dia harus ada di samping, men-doa-kan saya. Saat di letakkan Al-Qur’an diatas kepala, se-konyong2 muncul kepala orang ber-muka seram penuh amarah. Saya tolak agar di jauhkan dari Al-Qur’an. Dikemudiannya harus melawan diri sendiri agar tetap terjaga, jangan sampai pingsan atau tertidur karena di saat bersamaan tubuh terasa melayang dan seolah ada ‘bagian tubuh’ yang akan terlepas dari raga. (Entahlah saya tak yakin, apakah ini ROH? Kejadian akan terpisahnya SESUATU dari raga, pernah beberapa kali teralami, saat akan tewas dan ‘sekarat’??!!). Selain itu saya harus konsentrasi penuh sambil tak henti berdoa, berusaha mengusir aliran arus sedemikian kuat dari luar tubuh yang menjalar dari atas ubun2, memaksa ingin ‘duduki’ raga. Dalam kondisi tsb saya harus dipeluk erat. Sangat ke-takut-an raga akan di ‘isi’ makhluk lain, prosesnya dapat terasakan. Ini adalah kisah yang sesungguhnya. Bila gagal bertahan, mungkin KESURUPAN yang akan terjadi. Alhamdulillah masih dilindungi Allah, sehingga tidak teralami. Disini penempatan gangguan disosiatif pada kurun waktu tersebut – di masa lalu mungkin ada benar-nya.
Catatan: Mohon penempatan gangguan disosiatif dipisahkan dari kalimat > (Entahlah … ‘sekarat’??!!) karena memang terpisah, karena pada kalimat ini sedang pertanyakan tentang Roh. Mungkin dari teman-teman pe-simak ada yang dapat memberi masukkan tentang (Roh) ini? Terima kasih.

Sedangkan Halusinasi, dengan tegas saya sanggah tidak tepat.
Suara, ujud, kejadian mendatang, peringatan dini; teralami nyaris selama usia. Kejadiannya bukan baru kemarin. Penjelasan tentang ini akan saya urai dalam tulisan berikutnya.

Di bawah ini kutipan comment seseorang tersebut, yang telah diringkas:
* March 12, 2009
mohon maaf, setelah saya pertimbangkan (tanpa campur tangan siapapun), comment tsb tidak disertakan lagi disini. Sebenarnya tulisan yang berkait dengan comment anda, di harapkan sebagai bahan masukkan semata. Bagaimanapun juga salut untuk anda. Bahkan ada rasa simpati mendalam seakan sedang berhadapan dengan putera sendiri.




Thanks to: Wordpress

by-dinda27
Wordpress
Add to Technorati Favorites
dinda'kk2009.
March 2009
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
3031  

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 8 other subscribers

Categories

Archives

Blog Stats

  • 40,130 hits
free counters 140209
PageRank Checking Icon 110609

Top Clicks

  • None